nature

alam adalah elemen dasar yang menjadi pijakan manusia dalam mengarungi kehidupannya. alam bukan hanya hutan ataupun lautan, tetapi manusia sendiri itupun termasuk bagian dari alam.

Peran Sastra Anak Terhadap Pembentukan Ke­pribadian Anak

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Bahasa Indonesia Keilmuan

Yang dibina oleh Sunoto,M.pd

Oleh

Maftuhatus Sa’diyah

NIM 108231410610

logo_um.wmf


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA ARAB

Desember 2009

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rah­mat, taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyesaikan makalah yang berjudul “Peran Sastra Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak ”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Drs. Moch. Khasairi M.Pd selaku ketua Jurusan Sastra Arab.

2. Bapak Sunoto M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indone­sia Keilmuan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Orang Tua penulis yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil.

4. Teman-teman penulis yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pi­hak yang membutuhkannya.

Malang, 07 Desember 2009

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah amanat yang dititipkan Tuhan kepada orang tua. Nabi mengata­kan bahwa anak itu kelak akan menjadi Yahudi atau Nasrani itupun karena faktor dari orang tua. Hal ini dikatakan semata-mata karena pentingnya peran orang tua terhadap pribadi anak pada akhirnya. Dikatakan bahwa anak adalah kertas putih dan tinta-tinta yang menorehkan didalamnya adalah ling­kungan sekitarnya. Oleh karena itu sangat penting bagi orang tua untuk me­milihkan metode, terutama media dalam keikut sertaan mereka dalam mem­bentuk suatu kepribadian seorang anak (Sa’id:2007)

Adalah sastra anak, sebuah media yang diakui oleh ‘dunia’ sebagai me­dia ko­munikasi, medium yang sangat berpengaruh untuk membina anak-anak (Sugi­hastuti:2001). Tetapi hal ini tampaknya belum sepenuhnya dipahami oleh para orang tua di negara ini. Membaca bukanlah hal yang lumrah untuk sebagian besar para orang tua. Sungguh sangat ironis jika bangsa yang besar menjadi bangsa yang kemampuan membacanya sangat rendah. Salah satu penelitian yang mengungkap lemahnya kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas IV SD/MI, adalah penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia (Latief:2009). Padahal membaca adalah guru yang penting dan memiliki pen­garuh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak.

Oleh karena itu, disusunlah makalah yang berjudul “Peran Sastra Anak Terhadap Pembentukan Karakter Anak” agar dapat diketahui betapa penting­nya hal ini bagi anak-anak dan masa depan mereka .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam ma­kalah ini adalah:

1. Apakah sastra anak itu?

2. Apakah kepribadian itu dan faktor apakah yang mempengaruhinya?

3. Apakah peran sastra anak bagi pembentukan kepribadian anak?

1.3 Tujuan Kajian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, tujuan kajian dari makalah ini ada­lah:

· Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua mengerti dan memahami betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk kepribadian anak sejak dini dengan cara-cara yang efektif dan edukatif.

· Bagi Pembaca

Pembaca dapat mengambil hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, terutama para akademika yang bergelut dengan dunia sastra diharapkan makalah ini dapat menambah semangat dalam menjelajahi rimba kata.

· Bagi Penulis

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang pendidikan anak sejak usia dini dan pengetahuan yang lebih jauh tentang manfaat membaca.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sastra Anak

Orang bijak mengatakan bahwa membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca seseorang akan mengetahui sesuatu yang belum ia ketahui sebelumnya. Begitupula dengan wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang berbunyi iqra’ (bacalah!). Dalam hal ini dapat di­lihat bahwa membaca adalah sesuatu yang amat penting bagi manusia. Membaca bukan semata-mata hanya sebagai salah satu sumber ilmu, tetapi membaca juga berfungsi sebagai sarana transformasi budaya. Syamsi (2002) mengatakan “mela­lui kegiatan membaca inilah kebudayaan dapat digali sehinga berguna untuk kehi­dupan manusia ..”

Dalam kegiatan membaca inilah terdapat istilah sastra anak. Apakah sastra anak? Sugihastuti (2001) mengatakan “sastra anak adalah karya tulis yang dibuat untuk menarik anak-anak – apakah itu untuk dibacakan kepada mereka ataupun dibaca sendiri oleh mereka sendiri- berupa fiksi, puisi, biografi, dan kisah sejarah. Yang termasuk sastra anak adalah teka-teki, pelajaran, fabel, legenda, mitos, dan syair atau cerita rakyat yang berasal dari sastra lisan”. Wahidin menyatakan:

Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya tulis atau karya sa­stra yang memang ditujukan untuk menarik minat anak-anak yang bercerita sepu­tar dunia mereka. Lukens (dalam Nurgiyantoro: 2004) mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis lagi. .. Dasar pembagiannya adalah bentuk'pengungkapan dan isi yang diung­kapkan. Sastra anak bisa disbut juga sebagai bacaan anak.

Sejak dahulu telah bermunculan para penulis yang menelurkan karya-ka­ryanya berupa buku-buku yang sesuai dengan karakter anak-anak. Penulis-penulis itu tidak hany berasal dari Mancanegara tetapi didalamnya juga terdapat penulis-penulis lokal. Diantara Penulis bacaan anak Mancanegara adalah:

Penulis bacaan anak dalam negeri:

2.2 Pembentukan kepribadian anak

Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan inggris yang berarti per­sona atau personality yang berarti topeng. .. Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. Hal ini diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima pluh arti akan tetapi definisi kepribadian yang penulis maksud disini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda (Sa’id:2007)

Kepribadian dalam diri individu, baik ataupun buruk, dibentuk oleh bebe­rapa faktor. Menu­rut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika (dalam Depdik­nas:2007) ada tiga faktor mempenga­ruhi pembentukan kepribadian seorang indi­vidu, yaitu faktor biologis atau fisik, psikologi atau kejiwaan, dan sosi­ologi atau lingkungan. Tetapi dalam paper ini pembahasan akan dikhususkan pada faktor sosiologi atau lingkungan.

Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan pertama, anak mengenal dunia sekitar dan pola per­gaulan sehari-hari (Depdiknas:2007). Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemi­kiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-luki­san pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Agar proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak menjadi baik, lingkungan pertama, khususnya orang tua, harus mengusahakan agar anak-anaknya selalu de­kat dengan orang tua; memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, se­hingga jiwa anak tidak merasa tertekan.

Pola asuh orang tua akan memberikan dampak yang sangat besar bagi pembentukan kepribadian anak. Berikut dipaparkan beberapa tipe kepribadian anak (dalam Healthyday:2009):

1.Pemarah

Merupakan tantangan bagi orangtua, karena tipe pemarah agak sulit. Anak akan mengekspresikan apa saja yang tidak ia sukai atau ia tidak setujui dengan marah. Hal ini tentu harus dikendalikan, karena hampir semuanya diperlakukan dengan marah. Orangtua sebaiknya mengantisipasi apa saja yang bisa membuat ia marah. Saat anak marah lekaslah menengkannya. Anak pemarah biasanya kurang perhatian, oleh karena orangtua harus mulai memperhatikan anak lebih baik dan tulus.

2.Pendiam

Sikap diam dan cenderung pasif akan membuat anak kehilangan banyak teman. Jangan biarkan anak berdiam lama, karena memungkinkan ia ma­suk dunia yang tak akan pernah dimengerti siapapun yang menjadikan su­lit orangtua mengetahui siapa ia sebenarnya. Cara terbaik, selalu libatkan ia dalam kehangatan keluarga. Jika ia mulai diam, lakukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Lakukan hampir setiap ia akan diam, harapannya agar diam yang menjadi kebiasaannya hilang.

3.Bersahabat

Anak ini lebih unggul dari yang lain. Karena dengan sikap bersahabat, ia dengan sendiri dapat membuka pikiran dan bergaul baik dengan siapa saja. Pikiran sang anak selalu dalam keadaan positif. Ia mampu menyelami banyak permainan. Orangtua lebih baik menemani dan mendorong bakat alaminya dari belakang. Terapkan sikap waspada kepada anak yang bersahabat, karena tidak selalu ia dalam keadaan aman.
4.K
eras Kepala

Ia memiliki pendapat sendiri dan tidak mau diatur. Selami ia lebih tenang, dengan lebih sabar karena anak keras kepala akan banyak memancing emosi. Lihatlah keinginan anak yang sebenarnya. Jika sudah tahu, jangan turuti keinginannya. Melainkan ajarkan sebuah usaha untuk meraihnya. Temani ia dengan sabar dan hindari pemaksaan. Ingat, anak keras kepala bisa menjadi manja dan tidak mandiri.
5.E
gois

Anak egois lebih memiliki ketakutan lebih dari pada yang normal. Ia menjadi tidak peduli pada teman karena takut apa yang dikerjakannya tidak sempurna. Ia juga takut disaingi. Sebaiknya mengajari untuk berbagi dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Mintalah anak untuk berbagi barang atau hadiah kepada adik atau kakaknya. Sambil memberitahu bahwa ia tidak akan kehilangan apapun jika berbagi.

6.Pemalas

Anak yang sering dibantu dalam melakukan kegiatannya akan menjadi pe­malas. Boleh membantu anak hanya pada awalnya. Biarkan anak menyelesai­kan tugas yang ia miliki. Tuangkan waktu Anda untuk mendengar apa yang diinginkannya. Dari cerita sang anak Anda bisa tahu apa yang menyebabkan­nya malas dan segeralah bantu ia memperbaiki itu. Anak malas jangan di­manja.

7.Pefeksionis

Anak-anak tidak bisa menjadi perfeksionis jika bukan karena tuntutan ling­kungannya termasuk orangtua. Anak yang dari awal dilatih untuk mengerja­kan suatu hal dengan sempurna, jika salah sedikit dihukum. Sifat ini memba­hayakan dirinya yang masih anak-anak. Anak perfeksionis lebih tertekan se­cara psikologis dari pada anak biasa. Wajib bagi orangtua memberi penjela­san agar melakukan sesuatu tidak harus menjadi juara. Asal sudah berusaha maksimal itu sudah bagus.

8. Suka Ngambek

Anak suka ngambek cenderung manja. Apa-apa yang ia ingin selalu dituruti. Lambat laun hanya akan menyusahkan saja. Orangtua baik akan menunda memenuhi keinginnanya. Mulailah memberi tekanan-tekanan kecil pada anak yang suka ngambek. Butuh kesabaran ekstra dari orangtua mengatasi anak suka ngambek ini. Jelasnya, jangan asal banyak menuruti anak.
9. P
asif

Anak pasif lebih lamban dan tidak banyak semangat terlihat pada dirinya. La­kukan pendekatan kekeluargaan. Libatkan secara aktif dalam kegiatan ke­luarga dan permainan yang seru. Buatkan jadwal rutinitas untuknya sehingga bisa memicu pikiran aktif. Selalu memberi dukungan dalam kegiatannya, meskipun sedikit.

Tidak ada manusia yang sempurna. Begitulah kenyataan yang ada di dunia ini. Begitupula dengan anak-anak yang telah dilahirkan. Meskipun demikian, ha­rapan untuk menjadi seseorang yang lebih baik dapat dimulai dengan mendidik anak sejak dini dengan baik pula.

2.3 Peran Sastra Anak Terhadap Pembentuka Kepribadian Anak

Orang tua adalah lingkungan pertama yang menjadi guru, pembimbing, sekaligus pendorong yang peling utama bagi anak. Akan tetapi realitas saat ini tampaknya menunjukkan fenomena yang lain. Sebagaimana yang ditengarai oleh Daniel Golemen (dalam Efendi:2001), keyataan-kenyataan ekonomi baru mem­buat orang tua terpaksa lebih keras bekerja daripada generasi sebelumnya untuk memberi nafkah bagi keluarganya. Hal ini berarti sebagian orang tua semakin ke­kurangan waktu yang dapat mereka gunakan bersama anak-anak.

Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya kemajuan teknologi, khu­susnya teknologi media audio visual seperti televisi. Orang tua tentu akan marah jika ada orang asing yang tidak dikenal tiba-tiba masuk rumahnya dan mempenga­ruhi anaknya. Tetapi orang tua tidak marah apabila anaknya setiap hari hanya du­duk diam dan tenang di depan televisi karena menganggap bahwa televisi adalah penolong yang menolongnya dalam upaya menenangkan anaknya. Padahal sebe­narnya justru televisilah ‘orang asing’ tersebut. Televisi mengurangi interaksi ver­bal antara orang tua dan bayi, yang dapat menunda pengembangan bahasa anak-anak. Studi ini dipublikasikan di dalam Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine edisi Juni 2009(dalam Ine:2008)

Lingkungan sebagai faktor pembentuk kepribadian anak – termasuk dida­lamnya orang tua, sekolah, dan lain sebagainya- haruslah memiliki sesuatu yang mampu menyiasati hal ini demi terwujudnya kepribadian seorang anak yang baik, yang sesuai dengan harapan. Ialah sastra anak, sesuatu yang memiliki makna pen­didikan dibalik hiburan yang ditawarkan. Aplikasi sastra anak ini dapat dilakukan dengan si anak tersebut membaca sendiri buku itu, atau dilakukan dengan sistem bercerita.

Telah dikatakan sebelumnya bahwa membaca dapat dijadikan sebagai sa­rana transformasi budaya. Sastra anak di Indonesia selama ini dianggap 'bawang kosong' semata, sebagai 'bagian kecil' dari sastra Indonesia. Ia seolah 'sastra de­wasa yang dianggap kecil', sastra anak sebagai anak sastra. Sementara, sastra In­donesia yang kentara angker menjadikan dirinya eksklusif dan makin menjauh dari ruang kebutuhan. Demikian pula sastra anak, yang seharusnya berada dalam keberterimaan, ia tidak diajarkan sesuai dengan perkembangan anak yang semes­tinya dulce et utile (Horatius), yaitu yang menyenangkan dan memberikan pence­rahan. Artinya, sastra bagi anak sebenarnya adalah batu loncatan agar mereka ter­biasa membaca sehingga ia selanjutnya tidak gagap ketika membaca buku-buku lain di luar buku sastra, tidak kaget dan gumun ketika mendapati dunia begitu ge­gap. Maka dalam kondisi menyenangkan dan tercerahkan, anak akan tumbuh menjadi manusia merdeka yang memungkinkan adanya proses tumbuhnya keku­atan dan integrasi, penguasaan terhadap alam, akal budi, dan tumbuhnya solidari­tas terhadap orang lain (Fromm) (Bunanta:2006)

Sastra anak dapat bermanfaat sebagai sarana pengenalan dan dan penja­gaan ideologi. Penelitian yang dilakukan dibeberapa sekolah TK oleh Santoso, dkk telah membuktikannya. Meskipun di lapangan hal itu belum terlaksana den­gan maksimal. Sastra anak juga dapat dimanfaatkan sebagai penangkal distorsi kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dari alur cerita anak-anak pada umumnya. Ke­banyakan dari cerita-cerita tersebut mengarahkan anak untuk berbuat kebaikan karena kebaikan pasti akan menang pada setiap akhir ceritanya.

Jika hal ini disampaikan melalui kegiatan bercerita, maka hal itupun tidak mem­pengaruhi manfaat dari sastra anak itu sendiri dalam membangun kepribadian si anak bahkan hal ini merupakan hal yang sangat penting terutama jika dilakukan pada anak di usia dua tahun. Dibawah ini penegasan dari Hurlock (dalam Efendi:2001):

“Anak yang memperoleh stimulasi verbal dari sekelilingnya mendapat perkem­bangan yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memperoleh perlakuan se­macam itu. Stimulasi taktil mempunyai pengaruh terhadap susunan otak kecil yang bersama dengan otak bagian yang lain, mempu­nyai pengaruh tingkah laku sosial”.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sastra anak adalah karya tulis yang dibuat untuk menarik anak-anak – apa­kah itu untuk dibacakan kepada mereka ataupun dibaca sendiri oleh me­reka sendiri- berupa fiksi, puisi, biografi, dan kisah sejarah.

2. Kepribadian dalam diri individu, baik ataupun buruk, dibentuk oleh bebe­rapa factor. Menu­rut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika (dalam Dep­diknas:2007) ada tiga faktor manpenga­ruhi pembentukan kepribadian seo­rang individu, yaitu faktor biologis atau fisik, psikologi atau kejiwaan, dan sosiologi/lingkungan. Tetapi dalam paper ini pembahasan akan dikhu­suskan pada faktor sosiologi atau lingkungan.

3. Sastra anak memiliki peran penting dalam pembrntukan kepribadian anak sejak dini karena sastra tersebut eiliki fungsi sebagai sarana transformasi budaya, sarana penyampai dan panjaga ideologi, dan lain sebagainya.

3.2 Saran

1. Hendaknya orang tua lebih memperhatikan anak-anak mereka, terutama jka si anak dalam masa golden age (masa keemasan).

2. Hendaknya bagi sekolah-sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) le­bih mengetahui manfaat-manfaat dari bacaan-bacaan tersebut, sehingga nantinya dalam menyusun program pembelajaran hal tersebut akan diberi­kan kepada siswa sesuai dengan porsinya.

DAFTAR RUJUKAN

Bunanta, Murti. 2006. Sastra Anak Bukan Anak Sastra, (Online), (http://www.kpba murti. , diakses 11 November 2009)

Departemen Pendidikan Nasional.2007. Menata Kepribadian Anak, (Online), (http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/read/20070611140523/Me­nata-Kepribadian-Anak.html, diakses 07 Desember 2009)

Efendi, Anwar. 2001. Kebiasaan Bercerita Sebagai Sarana Meningkatkan Kecer­dasan Emosi Anak. Dalam Sujarwanto dan Jabrohim (ed), Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI (hal.463). Yogyakarta. Panitia PIBSI XXIII Universitas Ahmad Dahlan.

Healthyday. 2009. Kenali Tipe Kepribadian Anak Anda,(Online), (http://id.shvoong.com/social-sciences/1914724-kenali-tipe-kepribadian-anak-anda, diakses 07 Desember 2009)

Ine. 2008. Dampak TV Bagi Anak, (Online), (http://www.rileks.com/lifestyle/trendz/healthy-life/25071-tv-meng­gangu-perkembangan-bahasa-anak.html, diakses 11 November 2009)

Latief, M. 28 oktober, 2009. Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Ren­dah. Kompas (online), (http://kompas.com, diakses 09 Nevember 2009).

Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak: Persoalan Genre. Jurnal Humaniora Volume, XVI(2), (Online), (http://jurnal-humaniora.ugm.ac.id/karyadetail.php?, diakses 11 November 2009)

Sa’id,Emi Nur Hayati Ma’sum. 2007. Peran Lingkungan Keluarga Dalam Mem­bentuk Kepriba­dian Anak, (Online), (http://salehlapadi.wordpress.com/2007/02/25/peran-lingkungan-ke­luarga-da­lam-membentuk-kepribadian-anak, diakses 07 Desember 09).

Santoso,dkk. 2007, Satra Anak Sebagai Wahana Pengenalan Ideologi: Sebuah Ka­jian Wacana, (Online), (http://lppm.uns.ac.id/tag/sastra-anak-sebagai-wa­hana-pengenalan-dan-pengasuhan-ideologi-sebagai-kajian-wacana/, di­akses 11 November 2009).

Sugihastuti. 2001. Sastra Anak: Penangkal Distorsi Nilai-nilai Kemanusiaan. Da­lam Sujarwanto dan Jabrohim (ed), Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI (hal.463). Yogyakarta. Pa­nitia PIBSI XXIII Universitas Ahmad Dahlan.

Syamsi, Kastam. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses. Dalam Sujarwanto dan Jabrohim (ed), Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI (hal.463). Yogyakarta. Panitia PIBSI XXIII Universitas Ahmad Dahlan.

Wahidin. 2009. Hakikat Sastra Anak, (Online), (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com, diakses 11 Novem­ber 2009)

Wikipedia. Bacaan Anak,(Online),(http://id.wikipedia.orga, di­akses 07 De­sember 2009)